KONSEP
DASAR KEBUTUHAN ELIMINASI
Disusun Oleh:
·
NUR AKHIRUS SA’AH (12.66.025)
·
NUR HIDAYAH MS (12.66.026)
·
NURLIA (12.66.027)
·
NURUL FITRAH (12.66.028)
·
NURUL MUHLISA (12.66.029)
·
RAFIKA (12.66.030)
·
RAHMASARI (12.66.031)
·
RIA ANGRIANA MUSTAFA (12.66.032)
AKADEMI
KEBIDANAN MADANI SINJAI 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME
atas Rahmatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang
membahas tentang kebutuhan dasar eliminasi.
Terima kasih kami ucapkan kepada para pengajar
atas bimbingan dan pendidikan yang
diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini dengan baik.
Makalah ini merupakan hasil diskusi
kelompok kami dengan materi eliminasi.
Pembahasan di dalamnya kami dapatkan dari
kuliah, browsing internet, diskusi anggota, dll.
Dengan pemahaman berdasarkan pokok bahasan
masalah kebutuhan dasar eliminasi pada
manusia.
Kami sadari makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi kesempurnaannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya
bagi kami yang sedang menempuh pendidikan
dan dapat dijadikan pelajaran bagi temanteman
dan kami khususnya.
Sinjai,
04 Oktober 2012
Penyusun
Kata pengantar
............................................................................................................
i
Daftar isi
.....................................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
...................................................................................................
1
B. Ruang Lingkup Penulisan
...................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan
................................................................................................
1
D. Metode Penulisan
...............................................................................................
1
E. Sistematika Penulisan .........................................................................................
1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian eliminasi
...........................................................................................
2
B. Fisiologi dalam eliminasi ...................................................................................
2
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi ...................................................... 2
D. Asuhan keperawatan eliminasi
........................................................................... 5
E. Tindakan dalam upaya pemenuhan eliminasi
...................................................... 6
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
........................................................................................................
8
B. Saran
..................................................................................................................
8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk hidup yang paling
komplek yang diciptakan tuhan
YME.Sebagai mahluk hidup, tentunya manusia
memerlukan makan dan hasil dari proses
makanan tersebut akan dikeluarkan sebagai
kotoran yang tidak lagi bermanfaat bagi tubuh
manusia itu sendiri.Proses pengubahan dari
makanan sampai menjadi sisa dinamakan proses
pencernaan yang dilakukan oleh organ
percernaan di dalam tubuh manusia.Sedangkan proses
pengeluaran kotoran tersebut dinamakan
eliminasi.
B.
Ruang Lingkup Penulisan
Makalah ini menyajikan materi antara lain:
a. Pengertian eliminasi
b. Fisiologi dalam eliminasi
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi
d. Asuhan keperawatan eliminasi
e. Tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
eliminasi
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini sebagai
pembelajaran tentang bagaimana proses eliminasi
dan asuhan keperawatannya demi terciptanya
perawat yang sesuai dengan dasar-dasar tugas
sebagai seorang perawat.
D.
Metode Penulisan
Data penulisan makalah ini diperoleh dengan
metode studi kepustakaan. Metode studi
kepustakaan yaitu suatu metode dengan
membaca telaah pustaka tentang sistem pelayana
keperawatan.Selain itu, tim penulis juga
memperoleh data dari internet.
E.
Sistematika Penulisan
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Ruang Lingkup Penulisan
c. Tujuan Penulisan
d. Metode Penulisan
BAB II Pembahasan
a. Pengertian eliminasi
b. Fisiologi eliminasi
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi
d. Asuhan keperawatan eliminasi
e. Tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
eliminasi
BAB III Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Eliminasi
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi
adalah pengeluaran, penghilangan,
penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang
kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan
sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses).Eliminasi pada manusia
digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu
tindakan atau proses makhluk hidup
untuk membuang kotoran atau tinja yang
padat atau setengah-padat yang berasal
dari sistem pencernaan.
2. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung
kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini
sering disebut buang air kecil.
B.
Fisiologi Dalam Eliminasi
Fisiologi Defekasi
Rektum biasanya kosong sampai menjelang
defekasi. Seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan
membung air besar kira-kira pada waktu
yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan
oleh refleks gastro-kolika yang biasanya
bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan
ini mencapai lambung dan setelah
pencernaan dimulai maka peristaltik di
dalam usus terangsang, merambat ke kolon,
dan sisa makanan dari hari kemarinnya, yang
waktu malam mencapai sekum mulai
bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam
rektum, serentak peristaltik keras terjadi
di dalam kolon dan terjadi perasaan di
daerah perineum. Tekanan intra-abdominal
bertambah dengan penutupan glottis dan
kontraksi diafragma dan otot abdominal,
sfinkter anus mengendor dan kerjanya
berakhir.
Fisiologi Miksi
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya
proses eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses
ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
Kandung kemih secara progresif terisi
sampai tegangan di dindingnya meningkat
diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks
saraf yang disebut refleks miksi (refleks
berkemih) yang berusaha mengosongkan
kandung kemih atau jika ini gagal,
setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan
keinginan untuk berkemih.
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
eliminasi
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi
antara lain:
1.
UMUR
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik
feses, tapi juga pengontrolannya.
Anak-anak tidak mampu mengontrol
eliminasinya sampai sistem neuromuskular
berkembang, biasanya antara umur 2 – 3
tahun. Orang dewasa juga mengalami
perubahan pengalaman yang dapat
mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di
antaranya adalah atony (berkurangnya tonus
otot yang normal) dari otot-otot polos
colon yang dapat berakibat pada melambatnya
peristaltik dan mengerasnya
(mengering) feses, dan menurunnya tonus
dari otot-otot perut yagn juga menurunkan
tekanan selama proses pengosongan lambung.
Beberapa orang dewasa juga
mengalami penurunan kontrol terhadap
muskulus spinkter ani yang dapat berdampak
pada proses defekasi.
2.
DIET
Makanan adalah faktor utama yang
mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya
selulosa, serat pada makanan, penting untuk
memperbesar volume feses. Makanan
tertentu pada beberapa orang sulit atau
tidak bisa dicerna. Ketidakmampuan ini
berdampak pada gangguan pencernaan, di
beberapa bagian jalur dari pengairan
feses. Makan yang teratur mempengaruhi
defekasi. Makan yang tidak teratur dapat
mengganggu keteraturan pola defekasi.
Individu yang makan pada waktu yang sama
setiap hari mempunyai suatu keteraturan
waktu, respon fisiologi pada pemasukan
makanan dan keteraturan pola aktivitas
peristaltik di colon.
3.
CAIRAN
Pemasukan cairan juga mempengaruhi
eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan
yang adekuat ataupun pengeluaran (cth:
urine, muntah) yang berlebihan untuk
beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk
mereabsorbsi air dari chyme ketika ia
lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme
menjadi lebih kering dari normal,
menghasilkan feses yang keras. Ditambah
lagi berkurangnya pemasukan cairan
memperlambat perjalanan chyme di sepanjang
intestinal, sehingga meningkatkan
reabsorbsi cairan dari chyme.
4.
TONUS OTOT
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang
baik penting untuk defekasi.
Aktivitasnya juga merangsang peristaltik
yang memfasilitasi pergerakan chyme
sepanjang colon. Otot-otot yang lemah
sering tidak efektif pada peningkatan tekanan
intraabdominal selama proses defekasi atau
pada pengontrolan defekasi. Otot-otot
yang lemah merupakan akibat dari
berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau
gangguan fungsi syaraf.
5.
FAKTOR PSIKOLOGI
Dapat dilihat bahwa stres dapat
mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu
termasuk diare kronik, seperti ulcus pada
collitis, bisa jadi mempunyai komponen
psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa
orang yagn cemas atau marah dapat
meningkatkan aktivitas peristaltik dan
frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn
depresi bisa memperlambat motilitas
intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
6.
GAYA HIDUP
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses
pada beberapa cara. Pelathan buang air
besar pada waktu dini dapat memupuk
kebiasaan defekasi pada waktu yang teratur,
seperti setiap hari setelah sarapan, atau
bisa juga digunakan pada pola defekasi yang
ireguler. Ketersediaan dari fasilitas
toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan
akan privacy juga mempengaruhi pola
eliminasi feses. Klien yang berbagi satu
ruangan dengan orang lain pada suatu rumah
sakit mungkin tidak ingin
menggunakan bedpan karena privacy dan
kegelisahan akan baunya.
7.
OBAT-OBATAN
Beberapa obat memiliki efek samping yang
dapat berpengeruh terhadap eliminasi
yang normal. Beberapa menyebabkan diare;
yang lain seperti dosis yang besar dari
tranquilizer tertentu dan diikuti dengan
prosedur pemberian morphin dan codein,
menyebabkan konstipasi.Beberapa obat secara
langsung mempengaruhi eliminasi.
Laxative adalah obat yang merangsang
aktivitas usus dan memudahkan eliminasi
feses. Obat-obatan ini melunakkan feses,
mempermudah defekasi. Obat-obatan
tertentu seperti dicyclomine hydrochloride
(Bentyl), menekan aktivitas peristaltik
dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati
diare.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi miksi
1. Jumlah air yang diminum Semakin banyak
air yang diminum jumlah urin
semakin banyak. Apabila banyak air yang
diminum, akibatnya penyerapan
air ke dalam darah sedikit, sehingga
pembuangan air jumlahnya lebih
banyak dan air kencing akan terlihat bening
dan encer. Sebaliknya apabila
sedikit air yang diminum, akibatnya
penyerapan air ke dalam darah akan
banyak sehingga pembuangan air sedikit dan
air kencing berwarna lebih
kuning .
2. Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah
Supaya tekanan osmotik tetap, semakin
banyak konsumsi garam maka
pengeluaran urin semakin banyak.
3. Konsentrasi hormon insulin
Jika konsentrasi insulin rendah, orang akan
sering mengeluarkan urin. Kasus
ini terjadi pada orang yang menderita
kencing manis.
4. Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis bagian belakang. Jika darah
sedikit mengandung air, maka ADH akan
banyak disekresikan ke dalam
ginjal, akibatnya penyerapan air meningkat
sehingga urin yang terjadi pekat
dan jumlahnya sedikit. Sebaliknya, apabila
darah banyak mengandung air,
maka ADH yang disekresikan ke dalam ginjal
berkurang, akibatnya
penyerapan air berkurang pula, sehingga
urin yang terjadi akan encer dan
jumlahnya banyak.
5. Suhu lingkungan
Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan
berusaha untuk menjaga
suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang
mengalir ke kulit sehingga
darah akan lebih banyak yang menuju organ
tubuh, di antaranya ginjal.
Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya
samakin banyak, maka
pengeluaran air kencing pun banyak.
6. Gejolak emosi dan stress
Jika seseorang mengalami stress, biasanya
tekanan darahnya akan
meningkat sehingga banyak darah yang menuju
ginjal. Selain itu, pada saat
orang berada dalam kondisi emosi, maka
kandung kemih akan berkontraksi.
Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin
buang air kecil.
7. Minuman alkohol dan kafein
Alkohol dapat menghambat pembentukan hormon
antidiuretika. Seseorang
yang banyak minum alkohol dan kafein, maka
jumlah air kencingnya akan
meningkat.
D. Asuhan keperawatan eliminasi
Pengkajian Eliminasi Urine
a. Frekuensi
Frekuensi untuk berkemih tergantung
kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-orang
berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap
hari pada waktu bangun tidur dan tidak
memerlukan waktu untuk berkemih pada malam
hari. Orang-orang biasanya berkemih :
pertama kali pada waktu bangun tidur,
sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
b. Volume
Volume urine yang dikeluarkan sangat
bervariasi.
Usia Jumlah / hari
1. Hari pertama & kedua dari kehidupan
15 – 60 ml
2. Hari ketiga – kesepuluh dari kehidupan
100 – 300 ml
3. Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250 –
400 ml
4. Dua bulan – 1 tahun kehidupan 400 – 500
ml
5. 1 – 3 tahun 500 – 600 ml
6. 3 – 5 tahun 600 – 700 ml
7. 5 – 8 tahun 700 – 1000 ml
8. 8 – 14 tahun 800 – 1400 ml
9. 14 tahun – dewasa 1500 ml
10. Dewasa tua 1500 ml / kurang
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300
ml dalam periode 24 jam pada orang
dewasa, maka perlu lapor.
c. Warna
Normal urine berwarna kekuning-kuningan,
obat-obatan dapat mengubah warna urine
seperti orange gelap. Warna urine merah,
kuning, coklat merupakan indikasi adanya
penyakit.
d. Bau
Normal urine berbau aromatik yang
memusingka. Bau yang merupakan indikasi adanya
masalah seperti infeksi atau mencerna
obat-obatan tertentu.
e. Berat jenis
Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan
(zat) dibandingkan dengan suatu volume
yang sama dari yang lain seperti air yang
disuling sebagai standar. Berat jenis air suling
adalah 1, 009 ml dan normal berat jenis :
1010 – 1025
f. Kejernihan :
Normal urine terang dan transparan.Urine
dapat menjadi keruh karena ada mukus atau
pus.
g. pH :
Normal pH urine sedikit asam (4,5 –
7,5).Urine yang telah melewati temperatur ruangan
untuk beberapa jam dapat menjadi alkali
karena aktifitas bakteri
Vegetarian urinennya sedikit alkali.
h. Protein :
Normal : molekul-molekul protein yang besar
seperti : albumin, fibrinogen, globulin,
tidak tersaring melalui ginjal —- urine
Pada keadaan kerusakan ginjal,
molekul-molekul tersebut dapat tersaring urine.Adanya
protein didalam urine disebut proteinuria,
adanya albumin dalam urine disebut
albuminuria.
i. Darah :
Darah dalam urine dapat tampak jelas atau
dapat tidak tampak jelas.Adanya darah dalam
urine disebut hematuria.
j. Glukosa :
Normal : adanya sejumlah glukosa dalam
urine tidak berarti bila hanya bersifat
sementara, misalnya pada seseorang yang
makan gula banyak menetap pada pasien
DM.Sistem yang Berperan dalam Eliminasi
Alvi Sistem tubuh berperan dalam proses
eliminasi alvi (buang air besar) adalah
sistem
gastrointestinal bawah yang meliputi usus
halus dan usus besar.
E. Tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
eliminasi
Tindakan Mengatasi Masalah Eliminasi Alvi
(Buang Air Besar)
1. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
2. Membantu pasien buang air besar dengan
pispot
3. Memberikan huknah rendah
4. Memberikan huknah tinggi
5. Memberikan gliserin
6. Mengeluarkan feses dengan jari
Perawat dapat membantu klien memperbaiki
keteraturan defekasi dengan
1. Memberikan privacy kepada klien saat
defekasi
2. Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk
defeksi
3. Memperhatikan nutrisi dan cairan,
meliputi diit tinggi serat seperti sayuran,
buah-buahan, nasi; mempertahankan minum 2 –
3 liter/hari
4. Memberikan latihan / aktivitas rutin
kepada klien
5. Positioning
Hal-hal
yang perlu diperhatikan saat menangani pasien dalam eliminasi
1. Privacy
Privacy selama defekasi sangat penting
untuk kebanyakan orang. Perawat
seharusnya menyediakan waktu sebanyak
mungkin seperti kepada klien yang perlu
menyendiri untuk defeksi. Pada beberapa
klien yang mengalami kelemahan,
perawat mungkin perlu menyediakan air atau
alat kebersihan seperti tissue dan
tetap berada dalam jangkauan pembicaraan
dengan klien.
2. Waktu
Klien seharusnya dianjurkan untuk defeksi
ketika merasa ingin defekasi. Untuk
menegakkan keteraturan eliminasi alvi,
klien dan perawat dapat berdiskusi ketika
terjadi peristaltik normal dan menyediakan
waktu untuk defekasi. Aktivitas lain
seperti mandi dan ambulasi seharusnya tidak
menyita waktu untuk defekasi.
3. Nutrisi dan Cairan
Untuk mengatur defekasi normal diperlukan
diet, tergantung jenis feses klien yang
terjadi, frekuensi defekasi dan jenis
makanan yang dirasakan klien dapat
membantu defekasi normal.
klien untuk minum cairan hangat dan jus
buah, juga masukkan serat dalam diet.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua,
yakni eliminasi urine (kebutuhan
buang air kecil) dan eliminasi alvi
(kebutuhan buang air besar). Organ yang
berperan dalam eliminasi urine adalah:
ginjal, kandung kemih dan uretra. Dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine terjadi
proses berkemih. Berkemih
merupakan proses pengosongan vesika
urinaria (kandung kemih). Faktor-faktor
yang mempengaruhi eliminasi urine adalah
diet, asupan, respon keinginan awal
untuk berkemih kebiasaan seseorang dan
stress psikologi.
B. Saran
1. Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan
eliminasi urine dan alvi dalam
kehidupan kita sehari-hari.
2. Menjaga kebersihan daerah tempat
keluarnya urine dan alvi.
makalahnya sangat membantu,,
BalasHapusblog nya bagus lucu
BalasHapusand makalah nya sangat membantu terima kasih
terima kasih makalahnya sangat membantu
BalasHapus